Berinvestasi Lewat Pendidikan
15:46
Falsafah pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting, kaena mengandung keyakinan berupa serangkaian cita-cita dan nilai-nilai yang sangat baik menurut pandangan masyarakat. Selain itu, falsafah pendidikan memberi petunjuk cara berbuat atau bertingkah laku yang baik dalam masyarakat (Hamalik, Oemar, 2007: 60). Falsafah pendidikan yang berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum adalah di antaranya adalah sebagai berikut:
Idealisme
Menurut filsafat pendidikan Idealisme dinyatakan bahwa kebenaran berasal dari atas. Kebenaran dipercayai datangnya dari Tuhan. Filsafat ini pada umumnya diterapkan di sekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama. Biasanya disiplin termasuk ketat, pelanggaran diberi hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah. Namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menentukan standart mutu yang tinggi. Pendidik harus memiliki keunggulan kompetitif baik dalam segi intelektual maupun moral, sehingga dapat dijadikan panutan bagi peserta didik (Nasution, 2003: 23).
Realisme
Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia itu sendiri. Mutu kehidupan dapat ditingkatkan melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah yang beraliran yang beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran (Nasution, 2003: 24).
Implikasi bagi para pendidik terutama bahwa peran pendidik diposisikan sebagai pengelola pendidikan atau pembelajaran. Untuk itu pendidik harus menguasai tugas-tugas yang terkait dengan pendidikan khususnya dengan pembelajaran, seperti penguasaan terhadap metode, media dan strategi serta teknik pembelajaran. Kurikulum pada aliran realisme tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar menaruh minat terhadap pelajaran akademis. Ia harus sungguh-sungguh mempelajari buku-buku dari berbagai disiplin ilmu (Nasution, 2003: 23).
Perrenialisme
Aliran ini bertujuan mengambangkan kemampuan intelektual anak yang abadi. Perrenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan yaitu:
Pengetahuan yang benar (truth)
Keindahan (beauty)
Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
(Tirtarahardja, Umar & LA Sulo, 2005: 89)
Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri dari mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan IPA atau IPS (Nasution, 2003: 23). Dinamakan perrenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau parenial. Prinsip pendidikan perrenialisme ini antara lain:
Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tidak pernah berubah.
Inti pendidikan haruslah mengambangkan kekhususan makhluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berfikir.
Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects).
(Tirtarahardja, Umar & La Sulo 2005: 89)
Pragmatisme / Instrumentalis
Aliran pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran adalah tentatif dan dapat berubah. Tujuan hidup adalah mengabdi kepada masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Sekolah harus berada pada garis depan pembangunan dan perubahan masyarakat (Nasution, 2003: 24).
Tugas guru bukan mengajar dalam artian menyampaiakn pengetahuan tetapi memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah. Dalam perencanaan kurikulum orang tua dan masyarakat sering dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan formal dengan sumber sosial, politik dan ekonomi guna memperbaiki ekonomi kondisi hidup manusia. Banyak di antara penganut aliran ini memandang sekolah sebagai masyarakat kecil (Nasution, 2003: 24-25).
Eksitensialisme
Falsafah ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik dan benar. Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan: Bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu? Sekolah yang berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berfikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab (Nasution, 2003: 25).
Esensialisme
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Progresifisme
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif .
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berfikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini di sekolah, tetapi haruslan memelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan. Dengan demikian, tidak setiap individu dan kelompok akan memecahkan masalah kemasyarakatan secara sendiri-sendiri sebagai ekses progresifisme (Tirtarahardja, Umar & La Sulo 2005: 91).