MUNCULNYA KENAKALAN REMAJA MERUPAKAN SALAH SIAPA?


Kami sempat tersentak setelah membaca sebuah berita di salah satu media online. Dimana dari berita tersebut dengan judul “ Terenyuh…! Anak Lebih Suka datang Ke Lapak Ngelem Daripada ke Sekolah”  Kurang lebih demkianlah judul yang saya baca.

Di beritakan pula anak tersebut lebih memilih menghirup uap lem yang lebih dikenal dengan nama ngelem. Ngelem membuat kecanduan dan tidak baik untuk kesehatan. Saya rasa menghirup udara berseih jauh lebih bermenfaat daripada menghirup uap bahan kimia. Saya juga heran, mengapa masih saja ada anak yang menyukai  hal tersebut.

Dalam berita tersebut sekitar 6 orang siswa di gelandang ke kantor Satpol PP. Mirisnya lagi anak-anak tersebut tertangkap pada jam sekolah dengan memakai seragam sekolah. Wah,… benar-benar miris. Bagaimana negara ini bisa maju bila generasinya seperti itu. Jangankan akan memajukan negara,memperbaiki dirinya saja masih belum bisa.

Parahnya lagi para orang tua dan guru pun dipanggil oleh Satpol PP untuk dimita memberikan pengawasa n dan bimbingan yang lebih intensif lagi. Wahh… apakah tanggung jawab mendidik hanya tanggung jawab guru dan orang tua semata. Lalu apakah pemerintah,masyarakat tidak merasa ikut bertanggung jawab terhadap mencegah dan mengatasi kemunculan tersebut?  Saya rasa bukan saatnya kita saling menyalahkan. Inti dari pendidikan di negeri ini bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah. Kita hidup dalam lapisan masyarakat. Jadi semua komponen dalam masyarakat ini juga ikut dalam mengemban kehidupan pendidikann di negeri ini.

Keluarga di rumah memegang peranan pertama dan utama dalam menanamkan budi pekerti kepada anak. Sebab keluargalah masayarakt terkecil dan pertama dari anak untuk memperoleh gambaran tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Keluarga lebih banyak memiliki waktu untuk melakukan pengawasan dan pembinaan sikap anak. Anak dengan pola asuh yang baik akan lebih senang dan terbuka berkomunikasi dengan orang tua di rumah. Mereka dengan mudah menyampaikan keluhan apa yang mereka alami. Disinilah peran orang tua harus pintar dalam mendidik anak. Bagaimana pendidikan anak ketika masih anak-anak, remaja dan dewasa tentu melalui pendekatan yang berbeda. Bila ini sudah dilakukan dengan baik oleh para orang tua, saya yakin maka akan lebih baik lagi kedepannya.

Sekolah merupakan lembaga kedua setelah keluarga yang berperan di dalam melanjutkan pengajaran dan pendidikan budipekerti dari rumah. Disinilah peran berat yang di emban oleh guru. Bagaimana tidak, anak yang bersekolah berlatar belakang keluarga yang berbeda. Mereka mempunyai kebiasaan yang berbeda di rumah. Peran guru menyelaraskan apa yang sudah baik yang diperoleh anak dari keluarga mereka akan dikembangkan dan dibudayakan oleh pihak sekolah, dan apa yang dipandang masih keliru, peran sekolah untuk meluruskan kembali keadaan tersebut. Guru memiliki posisi strategis di dalam melukis gambaran masa depan nanti.

Pemerintah dan Masyarakat memang lebih berada pada posisi menerima output dari sekolah. Namun, penting di sadari bahwa anak yang bersekolah juga merupakan input dari sekolah. Bila inputnya sangat kurang, terbelakang dan sulit untuk dirubah, dan ketika output itu sudah menunjukkan adanya sisi yang baik walaupun sedikit, maka masyarakat sudah berbangga hati dengan sekolah. Selanjutnya ketika output itu terjun di masyarakat maka peran lingkungan sekitar juga ikut mendorong tumbuh kembangnya budi pekerti anak.

Intinya tidak ada yang perlu disalahkan dari semua kenakalan anak yang muncul. Semua itu merupakan tugas dan tanggung jawab segenap lapisan. Mulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat adalah satu kesatuan di dalam memberikan pembinaan terhadap generasi penerus bangsa ini.

Demikian informasi yang dapat kami bagikan kali ini. Semoga informasi ini memberikan motivasi kepada kita untuk bekerja bersama di dalam memajukan pendidikan di negeri ini. Jayalah pendidikan Indonesia, dan majulah guru Indonesia. Wasalam !!!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel